PENANDA JAMAK DALAM BAHASA TOLITOLI
PENANDA JAMAK DALAM BAHASA TOLITOLI WARISAN
PROTO MELAYU POLYNESIA * MANGA (MANGA, MONGO, MENGE)
Syahruddin Fattah
Dalam tulisan ini saya mencoba membahas jenis penanda jamak nominal dan jamak orang
ketiga yang disebut kata jamak. Tidak seperti banyak bahasa yang menandai pluralitas nominal
dengan cara morfologis (untuk misalnya, bahasa Inggris menggunakan sufiks –s)
untuk menunjukkan pluralitas, seperti pada kata dog > dog-s.
Dalam bahasa Indonesia, untuk menunjukkan jamak, kata bendanya diulang seperti misalnya
buku menjadi buku-buku, rumah menjadi rumah-rumah, mobil menjadi mobil-mobil.
Atau di depan kata benda itu diberi kata bilangan seperti (angka) tiga, banyak, beberapa,
sejumlah, para, kaum dan semacamnya sehingga menjadi tiga rumah, banyak rumah,
beberapa mobil, sejumlah mobil, dan seterusnya. Dalam kelompok bahasa Timini-Tolitoli
tidak menandai pluralitas nominal pada kata benda itu sendiri sama sekali, tetapi di beberapa
rumpun bahasa Melayu Polynesia terdapat frasa kata benda. tanda semacam itu, didefinisikan
oleh Matthew S. Dryer, sebagai “kata-kata yang terpisah yang memodifikasi kata benda tetapi
yang melayani fungsi tata bahasa yang sama dengan imbuhan jamak dalam bahasa lain ”,
disebut kata jamak. Contohnya dapat dilihat di Bahasa Tagalog sebagai
diilustrasikan dengan contoh (1), di mana penanda jamak nga bukan imbuhan, tetapi terpisah.
Kata jamak juga hadir dalam bahasa Tolitoli dengan tanda frasa manga, mongo, menge (2).
Dalam Bahas Pendau hadirnya tanda ‘ongo’ (3)
(1) Tagalog (Filipina)
lalaki ‘laki-laki > mga lalaki ‘banyak laki-laki (Jiang Wu. 2017: 1)
(2) Tolitoli (Sulawesi Tengah)
Plural Nomina
moane
‘laki-laki > mongo moane banyak
laki-laki
bolre
‘orang bodoh’ > mongo bolre ‘banyak
orang bodoh’
Plural adjektiva
doko
‘rakus > mongo doko ‘pada rakus’
mongo itom banyak hitam
dako ‘besar >
manga dako ‘semua besar’
panggat tinggi
> manga panggat ‘semua tinggi’
lebu
‘kotor’ menge lebu ‘banyak kotor ‘
elam
‘merah’ menge elam ‘semua
merah’
(3) Pendau (Sulawesi Tengah)
(3) Pendau (Sulawesi Tengah)
unga anak-anak > ongo unga ‘banyak anak-anak (Philip A. Quick 2003 : 185)
Beberapa
penelitian menarik tentang kata-kata
jamak dalam bahasa Austronesia bisa ditemukan dalam penelitian sebelumnya.
Secara sinkron, ditunjukkan kata-kata majemuk dalam bahasa Austronesia sebagian
besar ditemukan dalam bahasa Filipina dan Oseanik (Plural Words in Austronesian Languages: Typology and
History. 2017 Jiang Wu). Secara diakronis, kata
jamak direkonstruksi dalam Proto Oceanic (POc) sebagai * maŋa, sebagai
keturunan dari Proto Malayo-Polinesia (PMP) * maŋa
Kata jamak mga dalam bahasa Tagalog adalah refleks dari bentuk yang direkonstruksi. Namun
dalam bahasa Tolitoli sangat produktif bukan hanya manga, tetapi ditemukan pula mongo dan
menge pada plural nomina, bukan hanya itu plural pada kata kerja jamak orang ketiga sangat
produktif seperti contoh di bawah ini
mongo
doong ‘banyak yang mau
mongo poitaan ‘banyak yang menampakkan muka’
mongo tanom ‘banyak yang menanam’
mongo jikii ‘pada
bersikir’
(4) Bugis dan Makassar (Sulawesi Selatan)
(4) Bugis dan Makassar (Sulawesi Selatan)
Ligatur ŋ, mb, ko dalam bahasa Bugis dan Makassar sebagai penanda kata jamak
Tellu ŋ esso
(Bugis) ‘tiga hari’
Ruwa ŋ allo
(Makassar ) ‘duaa hari’
Tallu m batu (Makassar ) ‘dua buah’
Lima konrong (Bugis)
‘lima tempat’
Tellu karung
(Bugis) ‘tiga karung/tiga
lembar karung’
Tellu kkarung (Bugis)
‘tiga karung dengan isinya’
Tellu penne (Bugis)
‘tiga buah piring’
Tellu ppenne (Bugis) ‘tiga piring dengan isinya’
Daftar Pustaka
Mea ,David 2003. Evidence for a
Celebic supergroup in Issues in Austronesian historical
phonology in John Lynch ed. pp. 115-141. Canberra: Pacific Linguistics
Quick, Philip A. 2003. A grammar of the Pendau language. PhD dissertation. Canberra:
Australian National University
Wu ,Jiang. 2017. Plural Words in Austronesian
Languages : Typology and History. Thesis. Faculty of Humanities, Leiden
University
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih Atas kunjungan Anda